Perbedaan Lolicon dan Shotacon, jangan samakan dengan Pedofilia!

Perbedaan Lolicon dan Shotacon, jangan samakan dengan Pedofilia!

Apakah Anda seorang Lolicon atau seorang Shotacon? Kedua istilah yang saling berlawanan ini kini sering di salah artikan oleh beberapa kalangan seperti lolicon yang disamakan dengan pedofil, padahal kedua hal tersebut sebenarnya berbeda.
Gambar: wallpapercave.com

Lolicon dan Shotacon sudah menjadi bagian dari Otaku sejak dulu, pernyataan yang tepat mengapa lolicon maupun shotacon sangat dekat dengan Otaku khususnya Anime Lovers adalah penggambaran karakter tokoh yang terkesan seperti anak-anak atau penggambaran visual yang terkesan seperti anak-anak.

Perbedaan Lolicon dan Shotacon

Lolicon  (Lolita Complex) adalah seseorang yang mempunyai ketertarikan terhadap anak gadis dibawah umur, sedangkan Shotacon adalah kebalikannya yaitu seseorang yang mempunyai ketertarikan kepada anak laki-laki dibawah umur.

Lolicon lebih dikaitkan kepada orang yang menyukai objek yang menyukai imut-imut, moe dan manis (2 dimensi/benda mati). Sedangkan Shotacon lebih digunakan kepada seseorang yang lebih menyukai anak laki-laki yang tampan  (2 dimensi/benda mati).

Shotacon sendiri diambil dari nama salah satu karakter manga “Ginator” yaitu Shotaro Kaneda seseorang anak laki-laki tampan yang dapat mengendalikan robot melalui remote control.

Kesalahpahaman Lolicon dan Pedofilia

Banyak orang awam diluar sana yang menyatakan seorang lolicon dapat dipastikan menjadi pedofilia, padahal lolicon sendiri lebih cenderung menyukai objek-objek berbau loli sedangkan pedofilia adalah sebuah kelainan seksual dimana penderitanya memiliki hasrat seksual kepada anak-anak dibawah umur.

Meskipun lolicon berbeda dengan pedofilia, faktanya banyak anime loli yang berbau dewasa sehingga membuat pandangan orang awam semakin negatif terhadap seorang lolicon ataupun bagi para pecinta loli.

Maraknya anime loli ataupun manga loli yang berbau dewasa mungkin disebabkan karena para pejabat Jepang tidak terlalu serius menghadapi pernyataan UNICEF Jepang tentang pernyataan penyeruan terhadap pengetatan undang-undang pornografi anak di Jepang.

Saya sendiri merasa bingung kenapa karakter anime anak-anak harus digambarkan secara vulgar atau mengapa harus ada anime loli berbau dewasa? Padahal hal tersebut sangatlah berdampak buruk bagi penggemar anime, khususnya penggemar karakter loli dan kata "loli" sendiri menjadi sensitif ke arah negatif yang berbau seksual.

Namun apapun itu yang terpenting selama kita menyukai suatu hal tanpa merugikan orang lain, tentunya itu tidak terlalu bermasalah bukan? Seperti seorang lolicon yang menyukai karakter berbau lolita ataupun shotacon yang menyukai karakter anak laki-laki tampan, yang jelas tanpa ada hasrat seksual.

Terima kasih sudah membaca!